Menu

Monday, April 22, 2013

Dharma...


Dharma.....

Bu Alzena/Thifa's Mom (Al Razi Blue)


Pagi itu kereta baru 45 menit meninggalkan stasiun Gambir ketika sebuah BBM kuterima. Tak mungkin, pikirku. Jari-jariku mengirimkan BBM lain untuk mengkonfirmasi berita yang kuterima. Rasa tak percaya masih menyelimuti diriku sehingga obrolan dengan rekan seperjalanan pun terhenti. Tak sampai 5 menit kemudian konfirmasi kuterima. BBM, SMS dan percakapan telepon menguatkan sebuah berita: Mas Anto meninggal dunia……Bagaimana mbak Santi? Dharma? Oma? Dan, sepanjang hari itu pikiranku tak lepas dari Dharma.

Pertemuanku pertama kali dengan Dharma, putri tunggal Mbak Santi dan Mas Anto, adalah ketika masa observasi untuk masuk kelas 1. Seorang gadis kecil yang ramah dan menyenangkan. Sikapnya selalu riang dan menggemaskan. Hari-hari awal sekolah, Dharma adalah salah satu anak yang menemani putriku melalui masa sulit. Tidak mudah memang bagi putriku untuk masuk ke lingkungan yang baru dikenalnya. Apalagi  ini pertama kalinya ia bersekolah. Nama Dharma selalu dia sebutkan ketika bercerita sepulang sekolah, tentang kegemaran Dharma menggambar dan, oh ini yang unik, bagaimana Dharma menirukan suara kucing dengan menggemaskan.Siapa pun yang menyaksikan Dharma dengan kitty-nya pasti tersenyum dan ingin memeluknya. She’s so adorable. Dharma pula yang memotivasi putriku untuk menggunakan bahasa Inggris di sekolah. Mereka belajar bersama-sama. Saling membantu.

Seiring dengan aktivitas di sekolah, beberapa kali aku bertemu dengan Mas Anto dan Mbak Santi. Meskipun, ya, aku lebih sering bertemu Oma ketika menjemput anak-anak atau mengantar Dharma bermain bersama teman-temannya. Dharma beruntung, kedua orangtuanya berusaha memberikan yang terbaik baginya, menjadi teman yang menyenangkan dan Oma pun selalu menjadi teman cerita yang asyik bagi kami. Walaupun Mbak Santi bekerja, Beliau tetap berusaha terlibat dalam kegiatan sekolah yang dilaksanakan orangtua. Mbak Santi selalu siap berpartisipasi dalam semua kegiatan, seperti bermain operet di hadapan anak-anak. Di lain waktu ketika Mbak Santi tidak bisa hadir, maka Oma yang akan mewakili. Aku merasa itu semua mereka lakukan untuk Dharma. Aku ingat di family gathering pertama saat SD dicampur dengan TK, Mbak Santi dan Mas Anto sibuk jaga stand minuman yang digagas Parents Association SD. Di lain waktu, keduanya hadir ketika pertemuan orangtua di setiap awal tahun ajaran. Meski jarang berinteraksi langsung dengan Mas Anto, aku jadi tahu dari mana Dharma belajar sikap yang tenang dan menyenangkan. Dharma persis Mas Anto. Melihat keduanya, semua pasti sepakat, Dharma is a Daddy’s girl. Sungguh seorang Ayah yang menikmati perannya.

Bulan Mei tahun lalu, ketika Dharma berulang tahun ke-9, hampir semua temannya hadir merayakan dan berdoa bagi Dharma. Ulang tahun adalah momen yang istimewa. Semua orang bersuka-cita. Tampak ekspresi bangga dan bahagia di wajah Mbak Santi dan Mas Anto. Suatu bukti bahwa Dharma bisa bermain dan diterima oleh semua teman-temannya. Dharma begitu disayangi oleh semua orang karena sikapnya. Beruntungnya Dharma, pikirku. Orangtuanya melimpahi kasih sayang yang amat besar sehingga ia pun mampu membagikan keceriaan dan kehangatan bagi semua orang.

Akhir semester lalu adalah saat terakhir aku bertemu Mas Anto. Ketika perwakilan kelas 4 hendak berdiskusi dengan Bu Dini, kepala sekolah, Mas Anto mengantarkan mbak Santi ke ruangan sambil berujar, “Titip Dharma, ya, Bu. Titip Dharma,” Kedua tangannya ditangkupkan di depan dada sambil beberapa kali ia mengulangi kalimat tersebut dengan senyumnya yang khas. Aku yang sudah duduk di dalam ruangan ikut tersenyum.
Mungkin, Mas Anto merasa bahwa perannya sebagai pelindung bagi Dharma hanya sementara Sejatinya kita semua hanya singgah sebentar di dunia ini untuk merawat segala titipan Allah SWT. Semoga kasih sayang yang dilimpahkan Mas Anto kepada Dharma dan dibiaskan ke sekelilingnya menjadi bekal amalan Mas Anto berpulang menghadap Sang Pencipta.

Selamat jalan, Mas Anto. Kami semua sayang Dharma dan Mbak Santi.

No comments:

Post a Comment

Chibi Giant Man