Pak Wiwiet (ICT teacher)
Selamat datang di era baru, era teknologi
informasi dan internet. Era di mana segara informasi bisa diakses dengan jari
dan era di mana jarak spasial menjadi nisbi. Dengan anak-anak kita sebagai
penduduk aslinya, dan kita – para orang tua – tidak lebih dari sekedar migran.
Penduduk asli? Ya, anak-anak kita (mulai dari
balita hingga masuk remaja) adalah para buah hati dunia yang tumbuh dan
berkembang dalam atmosfer teknologi informasi (TI) dan internet. Meraka sangat compound dan versatile mengadaptasi setiap perubahan atau penemuan baru yang
terkait dengan TI. Tidak percaya? Bandingkanlah dengan diri kita. Pada umur
berapa kita baru mengenal internet? Lalu komparasikan dengan anak/adik kita
saat mereka pertama kali bersentuhan dengan teknologi tersebut.
Karenanya lah kita ‘hanya’ disebut sebagai
migran dalam era ini. Kemampuan kita mengadaptasi temuan-temuan inovasi
mutakhir karena kecerdasan kognitif kita. Tapi tidak dengan para si kecil.
Mereka gape dengan teknologi bukan
hanya karena mereka pintar, melainkan juga karena mereka terbiasa dengan hal
tersebut. Mereka akan menghabiskan hidup mereka bergelut dengan TI jauh lebih
banyak ketimbang kita.
Inilah silent
revolution yang akan mengubah cara pandang masyarakat dunia, setelah
revolusi industri. Dan sama seperti setiap perubahan, tentu ada
sisi positif dan negatif dari hal ini. Mari kita buang jauh-jauh pemikiran
bahwa untuk melindungi anak-anak kita, maka kita harus memproteksi mereka
kuat-kuat dengan cara menjauhkan mereka dari TI dan internet. Keliru. Lebih
bijak seleksi ketimbang proteksi.
Ketimbang melarang anak mengakses internet
ataupun memegang gadget, yang justru
akan lebih memicu rasa ingin tahu anak, alangkah lebih baiknya jika kita mulai
menguatkan pemahaman mereka tentang hal tersebut. Ajarkan dengan jelas, tegas,
dan beralasan mana yang play do dan
mana yang play don’t. Kita ajarkan
kepada anak, informasi mana yang boleh mereka dapatkan dan informasi mana yang
harus mereka hindari jauh-jauh. Dan terangkan kepada mereka alasannya. Berikan
keadilan bagi mereka untuk mengetahui alasan kenapa dilarang. Percayalah, anak
akan lebih mudah menerima alasan ketimbang harus mematuhi tanpa penjelasan.